Sasakdalam pilihan kosakata, dalam melakukan kendali interaksional, dalam struktur sintaksis, dan dalam pemakaian metafora dengan percakapan bahasa Sasak. Teori yang dipergunakan adalah teori wacana kritis model Norman Fairclough dan dilengkapi dengan teori Teun A. Van Dijk. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dan cakap Tekocapan leq zaman Majapahit laeq, araq tetugasan tukang lukis lumbar nyebrang tipaq Gumi Lombok. Jari tugasne yaq mete keturunan raje si bini yaqne tegambar talukis . Tukang lukis niki pesaengane Raden Mas Pahit. Sampun kesurah dateng Gumi Jawe, ntan Datu Lombok ndoean bije solah pesaengane Denda Dewi Ratnasari. Dende Dewi Ratnasari nike sanget inges. Jete polak aiq, penyerminan solah, pagerane rapi, ranggot gadingne maraq tajuk ile-ile, malik alus kulitne. Kocap rauh Raden Mas Pahit mendarat leq Labuhan Lombok. Deq sue klangsung lumbar kurin reje, matur pewikan entan kerauhane. Ngemban tugas lekan Gumi Jawa gen ngelukis selapuq bijan raje. Lukisan sino yaqne teaturan tipaq raje leq Jawe. Mbe si tekayunan salaq sopoq yaq tegading jari sebinian raje. Konteq cerite, bilang jelo Dewi Ratnasari kecunduk kance Raden Mas Pahit. Sebilangne bedait tetep saling kemosin. Aranjaq dengan pade bajang inges dait tilah. Pade saling meleq ceritane Raden kance Dende. Sokne si pulih tetep mecunduk, timaq-timaq uah jari lukisane, sajakne badeng – adengan Raden Nune Mas Pahit. Sue-sue saling kangen ye tarik. Leq sopoq jelo bebase Raden Nune “ O gamaq ariq solah Dewi Ratnasari, lamun uah jari lukisan sine, pasti ite yaq bekelin. Ite gen belalang isiq segare galuh. Takut tiang aturin raje Majepahit utawi Patih Gajah Mada lukisande sine. “Ngumbe maksud pelinggihde Kakang Mas” bebase Dende Dewi Ratna. “ Tiang yakin, lamun sermin lukisan niki isiq raje pasti kayun gading pelinggih de jari sebinian. Sementare tiang uah tumpah angen leq pelinggih de. Ndeqne bae maiq angen idap rase tiang Dende si bepisah kace peragayande. Bilang jelo kelem tiang pikiran ngumbe care siasat tiang adeq tete bau bareng kance side Dende. Menng ye Dewi Ratnasari, tetu-tetu ye tesentuh isiq bebaos Raden Nune. Penoq sesaq idap rasen dadene Dewi Mas. Malik bebase Raden Nune Mas Pahit “ Ngumbe Dende solah pendapat pelinggihde ? Sampunan de meneng doang. “Ampure Raden, soal niki jaq nenten bau katur isiq tiang. Sengaq tiang niki bangse nine, tiang sekedar ngantos doang.” Basen Dewi Mas Ratnasari. Ngumbe aden tiang matur leq hadepan ragen mamiq Datu ?” “ Pekayunan Raden, sampunan jari sisip leq tiang niki” Raden Mas Pahit banjur lumbar menghadep leq rage Mamiq Datu. Matur pekayunane tipaq Datu. Datu meneng doang. Periak ye lemun tetolak pekayunan Raden Mas. Laguq bingung malik mikiran raje si leq Majepahit. Ngeno entan bingung, ngeno juaq entan lebih periak tipak Raden Mas Pahit. Kontaq cerite, Raden Mas pahit uah bebulanan ndeq man tulak tipak Majapahit. Utusan pelukis lain-lainan jaq uah doang ngaturan lukisane tipaq raje. Tekocapan endah raje sampun pulih lukisan inges dedare lekan Madura pasaengan Diyah Pitaloka. Ye sino jari pilihane. Laguq lantaran kejarian salaq paham leq Majapahit, pejangkepan Raje kance Diah Pitalika burung jari. Sampe terjedi pesiatan peperangan tearanin peperangan Bubat. Malik tetuturan Raden Mas Pahit. Jari araq utusan nyelidikin keadaan Raden Mas Pahit leq Gumi Lombok. Kendaitan ye, ternyate uah jari menantu Datu Rangka Sari Datu Lombok. Utusan nike tulak ngelapur ntan Raden Mas Pahit uah mejangkepkance bijen Datu Lombok. Banjur tekirim pasukan perang tepimpin isiq Empu Nala yaq hukum Datu Rangka Sari dait menantuna serte bijene. Kocap ratusan perahu terkirim tipak Lombok. Uahne dating Lombok, beterus beperangan, taceritaang Datu Rangka Sari kalah perang. Raden Mas Pahit kance sebinianne bereri tipaq gawah Lombok teparan Gawah Watu Parang. Jari tekocapan leq gawah Wetu Parang niki taoqne bukaq pemukiman kence sise prajurit si setie turut ye bererei. Taoqne jaoq lekan Labuan dengan tujuan ndakne rapet laloq lekan pesisi. Usulan nike tesampean isiq due patih teparan patih Singa Repa kance patih Banda Yuda. Sumber Bahan Ajar Muatan lokal gumi sasak untuk SD/MI Kelas IV oleh H. Sudirman dkk.
️LibatkanParanormal dan Arkeolog, Ruslan Turmuzi dan Mi6 Lacak Situs Kuno Lombok Mataram, Bimakini.- Sejarah kebudayaan Sasak kuno di Lombok, Nusa Tenggara Barat, begitu banyak, namun sangat sedikit situs sejarah yang ditemukan hingga menjadi cagar budaya. Sering terdengar rencana untuk mencari situs purba peninggalan kerajaan Lombok kuno, namun hingga kini pekerjaan belum dimulai atau

ABSTRAK Muatan lokal atau mulok bahasa Sasak sedang gencar disuarakan sejak tahun 2013. Suara pengajaran mulok berlanjut ke pembuatan dan banyaknya buku mulok yang diterbitkan. Pembuatan mulok Sasak bukan tanpa tan-tangan. Secara kebahasaan, bahasa Sasak sebagai bahasa lisan dengan empat variasi dialektal secara fonologi masih belum begitu mapan dan berterima bentuk standar yang dihipotesiskan. Dengan demikian, pembuatan buku atau bahan ajar mulok Sasak berjalan mencoba menerangkan apa yang masih dikembangkan. Tulisan ini adalah kajian deskriptif menggunakan metode dokumenter dalam pengumpulan datanya. Data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif. Buku atau bahan ajar mulok yang dijadikan sampel adalah buku mulok untuk sekolah menengah pertama, yaitu kelas tujuh, delapan, dan sembilan. Analisis terhadap data yang ada menunjukkan kata kerja yang digunakan dalam materi mulok Sasak terbagai menjadi bentuk transitif dan intransitif dengan pola yang berva-riasi. Variasi pola memiliki kecenderungan bercermin pada bahasa Indonesia. Dengan demikian, diperlukan kajian tersendiri mengenai tata tulis bahasa Sasak untuk muloknya. ABSTRACT Sasak local language teaching has been being promoted since 2013. It does impact toward the writing dan publishing local language teaching book. However, this program faces obstacle. Sasak as an oral language with four dialectals has not been accepted as whole even though the standard form has been proposed. So, the writing and publishing of the books of Sasak are used to desiminate what is being developed. This writing is descriptive one using documenter study. Data which were gathered analized using qualitative in this writing were taken from Buku Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Sasak kelas 7-9. The result shows that verbs used are divided into transitive and intransitive with many variants. These variants tends to follow Indonesian rule. Thus, it is a need to have deep study on structure of Sasak for Mulok. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 615KATA KERJA DALAM BUKU MUATAN LOKAL BAHASA SASAKLalu Erwan HusnanKantor Bahasa Nusa Tenggara Barat, Indonesia laluhusnan lokal atau mulok bahasa Sasak sedang gencar disuarakan sejak tahun 2013. Suara pengajaran mulok berlanjut ke pembuatan dan banyaknya buku mulok yang diterbitkan. Pembuatan mulok Sasak bukan tanpa tan-tangan. Secara kebahasaan, bahasa Sasak sebagai bahasa lisan dengan empat variasi dialektal secara fonologi masih belum begitu mapan dan berterima bentuk standar yang dihipotesiskan. Dengan demikian, pembuatan buku atau bahan ajar mulok Sasak berjalan mencoba menerangkan apa yang masih dikembangkan. Tulisan ini adalah kajian deskriptif menggunakan metode dokumenter dalam pengumpulan datanya. Data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif. Buku atau bahan ajar mulok yang dijadikan sampel adalah buku mulok untuk sekolah menengah pertama, yaitu kelas tujuh, delapan, dan sembilan. Analisis terhadap data yang ada menunjukkan kata kerja yang digunakan dalam materi mulok Sasak terbagai menjadi bentuk transitif dan intransitif dengan pola yang berva-riasi. Variasi pola memiliki kecenderungan bercermin pada bahasa Indonesia. Dengan demikian, diperlukan kajian tersendiri mengenai tata tulis bahasa Sasak untuk kunci mulok, Sasak, kata kerjaABSTRACTSasak local language teaching has been being promoted since 2013. It does impact toward the writing dan pub-lishing local language teaching book. However, this program faces obstacle. Sasak as an oral language with four dialectals has not been accepted as whole even though the standard form has been proposed. So, the writing and publishing of the books of Sasak are used to desiminate what is being developed. This writing is descriptive one using documenter study. Data which were gathered analized using qualitative in this writing were taken from Buku Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Sasak kelas 7—9. The result shows that verbs used are divided into transitive and intransitive with many variants. These variants tends to follow Indonesian rule. Thus, it is a need to have deep study on structure of Sasak for words mulok, Sasak, verbsPENDAHULUANBahasa Sasak adalah bahasa ibu etnis Sasak. Bahasa ini masuk ke dalam subkelompok bahasa Bali-Sasak-Samawa atau subkelompok Bali. Kelompok ini masuk ke dalam subrumpun bahasa Austronesia Barat. Bahasa Sasak memiliki jumlah penutur yang cukup variasi dialektal, antarpenutur dalam kelompok pemukiman memiliki ciri yang membedakan baik secara linguistik maupun sosial Husnan, dkk. 2008. Faktor ini juga yang menyebabkan adanya sistem keundausukan tingkat tutur bahasa Sasak, yaitu bahasa utame Datu, bahasa halus, dan bahasa jamak biasa. Khusus untuk pem-bagian variasi dialektal baahasa Sasak biase dilakukan oleh Mahsun 2006, yaitu dialek a-a Bayan, dialek a-e Pujut, dialek e-e Selaparang, dan dialek a-o Aiq Bukaq. Lebih jauh, Sirulhaq, dkk. 2009 1 menyatakan bahwa dialek a-e mendominasi penutur bahasa Sasak. Sirulhaq dkk. 2009 28 me-nyatakan bahwa variasi dialek yang memiliki kemungkinan besar untuk distandarkan adalah dialek a-e Pujut. Pertimbangan yang digunakan adalah daerah sebaran dialek tersebut cukup luas 3/4 luas wilayah, berada didaerah dengan kepadatan penduduk cukup telah dilakukan kajian standardisasi variasi dialektal yang akan dijadikan dialek stan-dard an telah ada rumusan usulan variasi yang akan digunakan, sampai tulisan ini dibuat belum ada suatu kesepahaman dan keberterimaan yang massif di masyarakat mengenai bentuk standar yang dimaksud. Hasilnya, belum ada rumusan tata bahasa secara umum termasuk kalimat. Untuk itu, perlu dilakukan kajian salah satunya kata kerja yang lumrah atau berterima. Media yang paling lazim untuk dijadikan patokan adalah buku pelajran muatan lokal bahasa Sasak yang dibuat supaya berterima di masyarakat 616Prosiding Seminar Antarbangsa Arkeologi, Sejarah, dan Budaya di Alam MelayuSasak. Dengan demikain, tulisan ini sangat penting artinya untuk keberlangsungna kajian standardisasi bahasa Sasak berkatian dengan kata kerja. Kajian standardisasi tahun 2009 Kantor Bahasa NTBtelah diusulkan variasi dialek a-e menjadi satu variasi standard bahasa Sasak. Alasan yang digunakan adalah sebaran penutur dialek a-e. Yang ked-ua adalah alasan linguistik atau ilmu bahasa. Prinsip yang digunakan adalah prinsip kejelasan, kringke-san, dan kemudahan dalam pengelolaannya. Dalam hal ini, dialek atau logat lebih umum dikenal oleh penutur bahasa Sasak a-e itu adalah dialek yang biasa-biasa saja, umum digunakan dalam dari daerah barat sampai timur Pulau Lombok. Dialek ini bahkan digunakan oleh penutur dialek a-a, e-e, dan a-o ketika mereka akan ke barat bebat dan ke Mataram beteben. Mengingat belum ada rumusan pasti prihal struktur bahasa Sasak termasuk kata kerja, maka teo-ri kalimat yang digunakan adalah bentuk yang diusulkan oleh pakar bahasa, seperti Verhaar 2004161 dan Chaer 2003 206.Kalimat didenisikan sebagai hubungan gramatika antarkata. Kalimat meru-pakan deretan kata-kata dalam satu kesatuan yang memiliki intonasi tertentu yang dijadikan sebagai pemarkah. Akhir dalam setiap kalimat ditandai dengan tanda titik atau tanda lain. Dengan demikian, kalimat merupakan proses menempatkan kata-kata menjadi kalimat, kalimat tunggal satu verba atau frasa verba dan kalimat majemuk dua klausa atau lebih. Klausa dalam tulisan ini disejajarkan dengan kalimat, yaitu deretan kata yang membentuk kalimat satu verba atau frasa verba. Sebagai tamba-han, prihal kalimat juga tidak lepas dari fungsi, kategori, dan peran konstituen dalam kalimat tersebut. Pensejajaran ini didasarkan pada argumentasi bahwa kedua-duanya mengandung unsur predikasi. Yang menjadi perdebatan adalah klausa terikat dan klausa tidak terikat. Mengingat penelitian ini berusaha untuk memaparkan kata kerja yang digunakan pada buku muatan lokal bahasa Sasak, metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Dengan demikian, data dan hasil olahan data kualitatif dideskripsikan sedemikian rupa sehingga mampu menggambarkan ber-dasarkan hasil kajian wujud kata kerja yang digunakan dalam buku muatan lokal bahasa Sasak. Untuk itu, ada beberapa tahap kerja yang dilakukan untuk sampai pada simpulan tersebut, yaitu wujud data, pengumpulan data, pengolahan data, dan dalam penelitian ini adalah semua kata kerja yang terdapat atau digunakan dalam buku Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Sasak kelas 7—9 yang dibuat dan dipublikasikan oleh Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat tahun 2013. Kata kerja yang diambil tidak berdiri sendiri melainkan bergabung bersama unsur pembangun kalimat. Untuk itu, data dalam tulisan ini adalah kalimat yang digunakan di dalam ketiga buku tersebut yang mengandung atau menggunakan kata kerja. Lebih jauh, kata kerja diberikan kode secara linguistik beserta kata atau gabungan kata yang mendahuluinya dan setelah kata kerja tersebut. Hal ini tidak lain karena berkaitan dengan proses analisis kata kerja sebagai fokus dalam tulisan umum, semua kalimat yang mengandung kata kerja di dalam ketiga buku tersebut memi-liki peluang untuk diambil atau dijadikan data. Namun begitu, untuk keperluan analisis diambil sebagian saja sebagai sampel yang dapat mewakili keseluruhan kalimat di dalam buku-buku tersebut. Masing-masing buku terdiri atas 16 tema utama dan data diambil dari dua tema saja dari masing-masing buku. Dua tema dianggap cukup mewakili karena sudah lebih dari 10 % populasi data secara keseluruhan. Tema yang diambil dipilih menggunakan metode purposive, yaitu memilih berdasarkan kategori yang ditentukan. Kategori yang digunakan adalah tema yang mengandung teks cerita rakyat untuk kelas 7, tema yang mengandung teks prosedural untuk kelas 8, dan tema yang mengandung teks deskripsi untuk kelas 9. Dengan menggunakan kategori tersebut, tema yang diambil pada buku pelajaran muatan lokal bahasa Sasak kelas 7 adalah pelajaran 10 dengan tema Cerita Rakyat Sasak dan pelajaran 14 dengan tema Gumi Selaparang. Tema yang dipilih untuk buku pelajaran muatan lokal kelas 8 adalah pelajaran 4 dengan tema Ares dan pelajaran 11 dengan tema Sangkep. Tema yang dipilih untuk buku pelajaran muatan lokal kelas 9 adalah pelajaran 13 dengan tema Sangar Seni Leq Lombok dan pelajaran 16 den-gan tema Mandiq data dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu identikasi kata kerja di dalam ka-limat, memasukkan data identikasi kalimat ke dalam kolom yang telah ditentukan, dan identikasi 617Integrasi Nusa Maritim dan Penguatan Jalinan Kebhinekaan Alam Melayu di Asia Tenggaraunsur-unsur yang mendahului dan mengikuti kata kerja yang telah diidentikasi sebelumnya. Adapun identikasi unsur-unsur secara linguistik mengikuti pola pengkodean yang dilakukan oleh Tim Penyu-sunan Kamus Bahasa Sasak tahun 2015. Kode-kode unsur tersebut ditampilkan pada bagian glosarium pada akhir tulisan ini. Data dalam tulisan ini dianalisis menggunakan metode deskriptif analitik yang disarankan oleh Ratna 2004 53. Dia mengatakan bahwa terdapat lima proses yang dilakukan dalam analisis data. Ke-limanya adalah 1 pengelompokan fakta-fakta berdasarkan kode linguistik yang telah diterapkan, 2 analisis perbedaan kode yang mendahului dan mengikuti kata kerja, 3 Analisis berdasarkan aspek-as-pek pengkodean yang telah ditentukan, 4 membuat simpulan, dan terakhir 5 membuat rekomendasi. KATA KERJA DALAM BUKU MUATAN LOKAL BAHASA SASAKMengingat kajian mengenai bahasa Sasak terutama masalah linguistiknya tergolong belum be-gitu mapan, dalam tulisan ini analisis dibagia menjadi beberapa bagian sesuai dengan karakter data dan pengkodeann yang telah dilakukan. Bagian yang dimaksud adalah KK setelah Adv, KK ber-aks, KK setelah N, KK setelah Ø, KK setelah KK lainnya, KK setelah P, KK setelah Pron, KK setelah A, KK setelah Neg, dan KK setelah Konj. Itu adalah bagian berdasarkan unsur yang mendahuluinya, sedang-kan berdasarkan unsur yang mengikutinya adalah KK diikuti oleh N, KK diikuti oleh KK lainnya, KK diikuti oleh Adv, KK diikuti oleh P, KK diikuti oleh Kli, KK diikuti oleh Pre, KK diikuti oleh Ø, KK diikuti oleh A, dan KK diikuti oleh Pron. Masing-masing bagian akan disampaikan secara berurutan berdasarkan pengkodean data dan akan ditampilakan contoh seperlunya. Guna lebih memudahkan pe-nyampaian, semua kategori tersebut disimpul dalam dua bagian utama, yaitu KK berkategori transitif dan KK berkategori intransitif. KK Berkategori TransitifKK berkategori transitif dapat ditemui pada hampir semua pola. Berikut akan disampaikan pola-pola yang kerja yang termasuk dalam kategori transitif mengikuti pola setelah Adv, Aks, N, Ø, KKI, P, dan KKT. Di antara ketujuh unsur yang mendahuluinya, untuk yang berkatagri transitif, ada yang diikuti langsung oleh N, KKT, P, Ø, Kli, dan Num. Kata kerja yang transitif hanya diikuti oleh adverbial tanpa ada unsur kata lain di antara keduanya. Kata kerja ini dapat dilihat pada kalimat Sidepade yaq bae/dengah cerite rakyat. Pada contoh ini, KK diikuti langsung oleh juga dengan KK yang didahului oleh aksasi tidak ditemukan ada penjeda di antara kedua. Unsur lain yang mengikutinya dapat berupa KKT lain dan N atau Adv dan N. Pola ini dapat dilihat pada kalimat …dait nenulis malik cerite rakyat…dan …cerite rakyat bepatokan lekan urutan pokok-pokok cerite rakyat saq sampun tetentuan. Dua kalimat ini menyiratkan bahwa di antara KKT dan N dapat disisipkan unsur kata kerja transitif lainnya atau Adv. KKT yang didahului oleh Ø cenderung terdapat pada kalimat perintah, yaitu kalimat yang pelakunya sudah jelas atau umum tetapi tidak tersurat di dalam kalimat ini ada pada kali-mat bace cerite niki. Yang menarik adalah pada pola ini KKT selalu diikuti oleh N meskipun ada satu contoh kalimat yang memiliki penjeda berupa Kli. Kalimat yang dimaksud adalah Tuntel jaq, taletne lolon puntiq bagianne leq tanaq. Nepada kalimat tersebut merupakan klitika yang berasal dari kata nie yang bermakna dia atau ini, hanya ada satu kalimat yang ditemukan memiliki pola KKI diikuti oleh KKT. Ked-uanya diapit oleh N. Kalimat yang dimaksud adalah …, seduaq baturan sino pade uleq jauq lolon puntiq saq tebagiq KKT yang didahului oleh P dapat diikuti langsung oleh N, Kli, Num, atau Kli dan N seccara berurutan. Pola yang diikuti oleh N terdapat pada kalimat …, lamun bait poto…. Pola yang dii-kuti oleh Kli dapat dilihat pada kalimat …lolon puntiq saq taletku. Untuk KKT yang diikuti oleh Num, bentuk KK-nya adalah pasif. Contoh kalimat pola KKT yang diikuti langsung secara bersamaan oleh Kli dan N adalah …, Godek gitaqne lolon puntiq…. 618Prosiding Seminar Antarbangsa Arkeologi, Sejarah, dan Budaya di Alam MelayuPola terakhir untuk KK yang berkategori transitif adalah didahului oleh KKT lainnya. Pola ini dapat diikuti oleh N, KKI, KKT dan N, atau KKT dan Kli dan N. Pola yang diikuti oleh N dapat dilihat pada kalimat …dait nenulis malik cerite. Pola yang dikuti oleh Kli ada pada kalimat wah mulai bekem-bang. Pola yang diikuti secara bersamaa oleh KKT dan N ada pada kalimat …, alur ite wah taek bau buaq puntiq, … Pola yang diikuti oleh tiga unsur berbeda adalah Godek wah mulai baune buaq puntiq sino siq ime Berkategori IntransitifKK berkategoriintransitif dapat ditemui pada hampir semua pola. Berikut akan disampaikan pola-pola yang dimaksud. Kata kerja yang termasuk dalam kategori intransitif mengikuti pola setelah Adv, Ø, P, N, Pron, Neg, A, dan Konj. Di antara kedelapan unsur yang mendahuluinya, untuk yang ber-katagri intransitif, ada yang diikuti langsung oleh KKI, Pre, Kli, Adv, KKT, P, Ø, N, A, dan KKI kata kerja berkategori intransitif yang didahului oleh Adv, di antara keduanya terdapat unsur lain yang menjeda. Unsur lain tersebut adalah A atau N. Unsur penjeda tersebut terdapat pada kalimat …, lamun bait poto tentu becatan bebuaq sengaq poto taoq tiwoq buaqne. Berikutnya, KKI yang didahului oleh Adv secara bersamaan juga diikuti oleh P dan N atau Pre dan Adv. Pola yang diikuti oleh P dan N dapat dilihat pada kalimat …tentu becatan bebuaq sengaq poto taoq tiwoq buaqne, sedangkan pola yang diikuti oleh Pre dan Adv terdapat pada kalimat …, bareh side antih leq KKI yang didahului oleh Ø dapat diikuti oleh KKI, Kli dan N, Ø, atau KKT dan Pron. Pola yang diikuti oleh KKI dapat dilihat pada kalimat Tetuntel, enteh telalo jok kokoq…. Sebagai tambahan, KKI kedua melekat atau didahului oleh klitika te- yang berasal dari kata ite yang artinya kita. Dalam budaya Sasak, kata ite tidak hanya digunakan untuk makna denotatif saja tetapi juga makna konotat-ifnya yang mana orang Sasak sungkan atau tidak suka menyebut atau mendahulukan dirinya dengan menggunaka kata ganti orang aku atau saya. Untuk itu, konteknya harus diperhatikan karena maksud penutur adalah dirinya bukan kita. Pola yang diikuti oleh Kli terdapat pada kalimat ,…taletne lolon…. Untuk pola yang diikuti oleh Ø terdapat pada kalimat dengan kata tunggal yang berisi penegasan atau pertanyaan. Untuk pola yang diikuti oleh KKT dan Pron terdapat pada kalimat melende bauan ite? Pola ini terdapat pada kalimat yang diikuti oleh Pron dapat diikuti oleh KKT dan Num, yaitu pada kalimat lolon puntiq siq pade mauq sino tepeleng jari due,…KKI yang diikuti oleh P dapat diikuti oleh Pre dan N, Kli dan A, Kli dan Pron, Kli, dan P dan N. Kecuali pola yang diikuti oleh P dan N, pola lainnya hanya ditemukan masing-masing satu contoh kalimat ditampilkan secara berurutan di bawah ini. …sahabat sino sampe leq sedin kokoq.…, angkaq tulungte becatan, ……, berat laloq lolon puntiq saq mauqte ne!”…, pade kance lolon puntiq saq untuk pola yang diikuti oleh P dan N terdapat dua contoh dengan variasi pola. Pola pertama tanpa tambahan dan pola kedua terdapat tambahan unsur, yaitu klitika pada KKI. Kalimatnya adalah Godek mulai taek leq lolon puntiq saq tetalet siq KKI yang didahului oleh N dapat diikuti oleh Kli, Adv, P dan N, Ø, KKT dan N, A,KKI dan Pre dan N, dan KKI dan Ø. Contoh kalimat untuk semua pola yang mengikuti ditampilkan di bawah ini.“…, side jonjoqte bae,……, bareh tetalet bareng-bareng,”……, tunggak tebait siq mikir, ….…, seduaq baturan sino pade uleq jauq lolon puntiq……Tuntel wah masak lolo. 619Integrasi Nusa Maritim dan Penguatan Jalinan Kebhinekaan Alam Melayu di Asia TenggaraGodek mulai taek leq lolon puntiq saq tetalet siq Tuntel.… Godek mule ndekne mele KKI yang didahului oleh Neg dapat diikuti oleh Pron, P dan N, N, A dan Kli, dan KKI dan Ø. Contoh kalimatnya ditampilkan secara berurutan. Patut dicatat di sini bahwa Neg yang diikuti oleh Pron mensyaratkan negasi bersama klitika. Di lain pihak, Neg yang diikuti oleh P dan N kata ker-janya berbentuk pasif. Laguq Tuntel ndekne mikir ngeno…… adeqne ndek tao tebait siq laguq ndekte tao bauan diriqte.…, ndek man keruan KKI yang didahului oleh A dapat diikuti oleh N pada kalimat …iye tetu-tetu mele saling KKI yang didahului oleh Konj dapat diikuti oleh Ø, dan Kli dan P dan P dan N. Contoh kalimatnya ditampilkan secara berurutan.…atawe mate?…, sebab taletne leq atas lolon kayuq, …SIMPULANDalam buku pelajaran muatan lokal bahasa Sasak, kata kerja transitif mengikuti unsur kata berkategori Adv, Aks, N, Ø, KKI, P, dan KKT dan diikuti oleh N, KKT, P, Ø, Kli, dan Num. Di lain pihak, KK berkategori intransitif mengikuti kata berkategori Adv, Ø, P, N, Pron, Neg, A, dan Konj dan diikuti oleh KKI, Pre, Kli, Adv, KKT, P, Ø, N, A, dan KKI = Kata kerjaKKT = Kata kerja transitifKKI = Kata kerja intransitifN = NominaAf = AksasiAdv = AdverbiaP = PartikelØ = tidak ada nolKli = KlitikaPre = PreposisiA = AjektivaPron = PronounNum = NumeraliaPas = PasifNeg = NegasiKonj = KonjungsiDAFTAR PUSTAKAChaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa Struktur Internal, Pemakaian, dan Pemelajaran. Jakarta Rineka Ralp W.. 1990. Sociolinguistics of Language. Cambridge Basil Balckwell dkk., 2007. ’Distribusi dan Pemetaan Kosa Kata Halus Bahasa Sasak’. Laporan Pe-nelitian Kantor Bahasa Provinsi NTB.. 620Prosiding Seminar Antarbangsa Arkeologi, Sejarah, dan Budaya di Alam MelayuMahsun. 2006. Kajian Dialektologi Didakronis Bahasa Sasak di Pulau Gama 2006. Speech Styles and Cultural Consciousness in Sasak Cerdas Kutha, Nyoman. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta Pustaka Ahmad; Husnan, Lalu Erwan; Hidayat, Toni Syamsul; Shubhi, M.; Hakim, Lukmanul; dan Rachmawati, Desy. 2009. Kajian Standardisasi Dialek Bahasa Sasak’. Mataram Laporan Pene-litian Kantor Bahasa Provinsi NTBTim Mulok Bahasa Sasak. 2013. Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Sasak kelas 7. Kantor Bahasa Nusa Tenggara Mulok Bahasa Sasak. 2013. Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Sasak kelas 8. Kantor Bahasa Nusa Tenggara Mulok Bahasa Sasak. 2013. Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Sasak kelas 9. Kantor Bahasa Nusa Tenggara Penyusunan Kamus Bahasa Sasak. 2015. Kamus Sasak-Indonesia. Kantor Bahasa Nusa Tenggara 2004. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta Gadjah Mada University Press. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Dialektologi Didakronis Bahasa Sasak di Pulau Gama MediaMahsunMahsun. 2006. Kajian Dialektologi Didakronis Bahasa Sasak di Pulau Gama Styles and Cultural Consciousness in Sasak CommunityMahyuniMahyuni, 2006. Speech Styles and Cultural Consciousness in Sasak Cerdas Metode, dan Teknik Penelitian SastraKutha RatnaRatna, Kutha, Nyoman. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta Pustaka Standardisasi Dialek Bahasa Sasak'. Mataram Laporan Penelitian Kantor Bahasa Provinsi NTBM ShubhiHakimDesy RachmawatiShubhi, M.; Hakim, Lukmanul; dan Rachmawati, Desy. 2009. 'Kajian Standardisasi Dialek Bahasa Sasak'. Mataram Laporan Penelitian Kantor Bahasa Provinsi NTBPelajaran Muatan Lokal Bahasa Sasak kelas 9Tim Mulok Bahasa SasakTim Mulok Bahasa Sasak. 2013. Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Sasak kelas 9. Kantor Bahasa Nusa Tenggara Linguistik UmumJ W M VerhaarVerhaar, 2004. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta Gadjah Mada University Press.

jawabanMasyarakat suku Sasak di Lombok pada umumnya menganut agama islam sehingga setiap ada orang yang meninggal ada beberapa proses yang harus dilalui. Pertama kali yang dilakukan adalah memukul bedukdengan irama pukulan yang panjang. Kedatangan masyarakat ke tempat acara kematian tersebut disebut langar ( Melayat ).
This research purpose was to describe linguistic data related to language preservation planning in children through family and school environments in folklore. The method of this research was a descriptive qualitative which describes the influence of using folk tales to preserve the Sasak language. In the analysis, the data was in the form of linguistic data that contains moral values that can be taught to children through folklore and can strengthen Sasak language porting. The result of this research was the factors that can influence the training of the Sasak language can be found through folk stories. Children can also practice Sasak languages starting from sitting in Kindergarten so that the Sasak language doesn't become extinct. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Melestarikan Bahasa Sasak Melalui Cerita- 193 JURNAL ILMIAH GLOBAL EDUCATION MELESTARIKAN BAHASA SASAK MELALUI CERITA-CERITA RAKYAT PADA LINGKUNGAN KELUARGA DAN SEKOLAH UNTUK ANAK USIA DINI YANG DITINJAU DARI PENDEKATAN SOSIOLINGUISTIK Baiq Yulia Kurnia Wahidah Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Institut Pendidikan Nusantara Global, Praya - Indonesia, 83511 History Article Article history Received November 5, 2020 Approved November 30, 2020 ABSTRACT This research purpose was to describe linguistic data related to language preservation planning in children through family and school environments in folklore. The method of this research was a descriptive qualitative which describes the influence of using folk tales to preserve the Sasak language. In the analysis, the data was in the form of linguistic data that contains moral values that can be taught to children through folklore and can strengthen Sasak language porting. The result of this research was the factors that can influence the training of the Sasak language can be found through folk stories. Children can also practice Sasak languages starting from sitting in Kindergarten so that the Sasak language doesn't become extinct. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan data kebahasaan terkait perencanaan pelestarian bahasa pada anak melalui lingkungan keluarga dan sekolah dalam cerita rakyat. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang menggambarkan pengaruh penggunaan cerita rakyat dalam melestarikan bahasa Sasak. Dalam analisis, data berupa data kebahasaan yang mengandung nilai-nilai moral yang dapat diajarkan kepada anak melalui cerita rakyat dan dapat memperkuat porting bahasa Sasak. Hasil dari penelitian ini adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pelatihan bahasa Sasak dapat ditemukan melalui cerita rakyat. Anak-anak juga bisa berlatih bahasa sasak mulai dari duduk di TK agar bahasa sasak tidak punah. Keywords Preservation Sasak Language, FolkloreEmail yuliakurnia_wahidah PENDAHULUAN Ketika dua atau lebih bahasa bersanding dalam pemakaiannya di masyarakat, ada dua kemungkinan yang dapat terjadi. Pertama, kedua bahasa itu hidup berdampingan secara berkeseimbangan dan memiliki kesetaraan. Kedua, salah satu bahasa menjadi lebih dominan, Author / Jurnal Ilmiah Global Education 1 2 2020 Melestarikan Bahasa Sasak Melalui Cerita - 194 menjadi bahasa mayoritas, dan menjadi lebih berprestise, sementara yang lain berkondisi serba sebaliknya, bahkan terancam menuju kepunahannya. “Rapid change often occurs when there is extensive bilingualism, which can lead to one language being lost altogether”Anonbi. 1999. Kemungkinan kedua menjadi kenyataan di Indonesia dalam kaitan dengan bersandingnya bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah Chaer, dkk. 2010. Kemungkinan akan punahnya suatu bahasa dicemaskan oleh banyak pihak. Berangkat dari keprihatinan akan matinya banyak bahasa, UNESCO Holmes, 2001 mencanangkan 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional pada suatu konferensi bulan November 1999 dan mulai merayakannya sejak tahun 2000. Ada alasan mendasar mengapa kepunahan suatu bahasa sangat dikhawatirkan. Bahasa memiliki jalinan yang sangat erat dengan budaya sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan Hymes. 1889. Karena begitu eratnya jalinan antara bahasa dan budaya, Menurut Dawson mengatakan, tanpa bahasa, budaya kita pun akan MATI Anonbi. 1999. Hal ini bisa terjadi karena, sebagaimana dikatakan oleh Fishman. 1996, bahasa adalah penyangga budaya; sebagian besar budaya terkandung di dalam bahasa dan diekspresikan melalui bahasa, bukan melalui cara lain. Ketika kita berbicara tentang bahasa, sebagian besar yang kita bicarakan adalah budaya. Untuk menghambat atau mencegah laju kepunahan bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia khususnya bahasa Sasak, akan dilakukan berbagai upaya oleh pemerintah maupun masyarakat pada umumnya. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah melalui pelestarian dalam perencanaan bahasa tersebut. Bahasa Sasak dapat dilestarikan melalui cerita-cerita rakyat tempo dulu yang menjadi mediasinya. Cerita –cerita rakyat ini dapat diberikan kepada anak-anak usia dini yang dimulai dari lingkungan pertama yaitu keluarga dan lingkungan kedua yaitu pada sekolah atau lingkungan formal. Pada lingkungan formal akan dikhususkan bagi anak-anak usia dini sampai pada tingkat SD. Cara ini dimulai dari tingkat PAUD atau TK hingga SD. Tujuan kebijaksanaan bahasa adalah dapat berlangsungnya komunikasi kenegaraan dan komunikasi intrabangsa dengan baik, tanpa menimbulkan gejolak social dan emosional yang dapat menganggu stabilitas bangsa Kridalaksana. 2006. Melalui suatu kebijakan untuk pelestarian bahasa inilah akan dikembangkannya bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia khususnya pada bahasa masyarakat suku Sasak. Kebijaksanaan ini juga harus berdiri dari paying hokum yang menaunginya. Sehingga pada pembelajaran di tingkat sekolah diadakan mata pelajaran muatan local yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan permen Diknas No. 22 tahun 2006. Oleh karena itu pelestarian perencanaan bahasa dimulai melalui lingkungan pertama yaitu keluarga dan dilanjutkan lagi pada lingkungan sekolah tingkat pertama yang terdiri dari PAUD,TK, sampai pada SD. Pelestarian bahasa ini diperuntukkan untuk para generasi emas bangsa ini, karena merekalah yang akan mengembangkan perkemabangan bahasa kedepannya. Maka, sudah seharusnya mereka diajarkan mulai dari awal bahasa-bahasa daerah mereka khususnya bahasa Sasak. METODE Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Di mana data-data yang ditemukan di lapangan akan dideskripsikan secara menyeluruh dengan menggunakan tiga tahapan strategis, yaitu tahap penyediaan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis data. Penyediaan data dilakukan untuk mendapatkan fakta-fakta kebahasaan yang berkaitan dengan penggunaan perencanaan analisis data menggunakan metode etnografi komunikasi yaitu komponen tutur dari miliknya Dell Hymes “SPEAKING’. HASIL DAN DISKUSI a. Fokus Perencanaan Bahasa Masalah berikutnya dalam perencanaan bahasa adalah, apakah sasaran perencanaan bahasa itu. Dari berbagai kajian yang dapat dilihat sasaran perencanaan bahasa itu yang dilakukan setelah menetapkan kestatusan bahasa nasional dan bahasa resmi kenegaraan, yaitu Author / Jurnal Ilmiah Global Education 1 2 2020 Melestarikan Bahasa Sasak Melalui Cerita - 195 1 pembinaan dan pengembangan bahasa yang direncanakan sebagai bahasa nasional, bahasa resmi kenegaraan, dan sebagainya; dan 2 khalayak di dalam masyarakat yang diharapkan akan menerima dan menggunakan saran yang diusulkan. Maka sesuai dengan fokus dari perencanaan bahasa ini adalah status yang ditujukan kepada masyarakat luas agar dapat diterima dan dikhususkan kepada anak-anak usia dini. Apabila sasaran perencanaan bahasa ini adalah khalayak dalam masyarakat, maka perencanaan itu antara lain 1. Dapat diarahkan kepada golongan penutur asli yang bukan penutur asli 2. Kepada yang masih duduk dibangku sekolah atau yang bersekolah 3. Kepada kaum guru pada jenjang sekolah dasar 4. Kepada khalayak dalam kelompok komunikasi media massa majalah, surat kabar, televise, film, dan lain sebagainya, juga kepada kelompok-kelompok sosial lain yang ada di dalam masyarakat. Sesuai dengan suatu perencanaan bahasa juga harus diikuti dengan beberapa langkah-langkah dalam pelaksanaannya. Dalam makalah ini pelaksanaan perencanaan bahasa difokuskan pada status masyarakat yang akan menggunakan bahasa ini dan pelaksanaannya di lingkungan keluarga dan sekolah. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama untuk mengembangkan bahasa daerah sebagai bahasa ibu untuk anak-anak. Sehingga anak-anak tidak akan meninggalkan bahasa daerahnya sendiri. Yang kedua adalah lingkungan sekolah yang diberikan pada mata pelajaran muatan lokal. b. Fenomena-fenomena yang terjadi Berdasarkan fokus dari penulisan makalah ini adalah anak usia dini, maka ada dua fenomena yang dapat ditemukan. 1. Di lingkungan keluarga Seorang ibu biasanya akan mendongengkan anaknya ketika akan tidur atau sebagai pengantar dalam tidur mereka. Ibu akan menceritakan cerita-cerita rakyat yang bisa diambil manfaatnya bagi anak mereka. Salah satu contoh dari cerita rakyat di pulau Lombok adalah tegodek-godek dan tuntel. Konteks data Di kutip dari muatan local Lalu Ratmaja “Nengke ken inaq nyeritaang Arya spook cerita sik bagus geti, cerita ine teparan aran Tegodek-godek bekek tuntel. Laek Amaq tegodek-godek lalo ojok sedin kokok ken ngenti lolon puntik sik eler. Sohan ne sik wah dating tono, bedeitlah iye kence amaq tuntel.” Percakapan antara Tegodek-godek dan Tuntel Tegodek-godek “yoh wah tene aran taok mek tuntel, paran ku eku ken bejuluan dating sik ente” Tuntel aok, kan je kente ngenti lolon puntik sik eler amaq tegodek-godek. Tegodek-godek pede ngeno je tujuante ketek ine. Sohanne sik wah sue ngenti eler sopok lolon puntik. Neke lolon puntik ine arak sekek jerine begi duene iye pede sepeleng. Amaq tegode-godek beit potone kence buakne terus lok tuntel beit tunggakne. Tene anakku arak pelajaran sik beu tebeit, amaq tegodek-godek beit poto knce buak puntik ino tujuaanne agekne meuk buakne deit egekne endek meuk tuntel sik becik. Cara marak sik ngene anakku endek te kanggo nurutang ye, jerine lamunete bedoe epe-epe jemak terus arak baturte endek te kanggo mele mesak harus te bareng. Sohan ne sik wah pede meuk keduakne ulek lah ye jok tengak gawah malik. Nah amaq tegodek-godek jeukne poton puntik kence buak puntikne taek ojok lolon kayuk lamun tuntel je talet ne ye lek bawak tunggak ne ino. Jeri tujuan tuntel nalet ye adekne sik beu bebuak malik. Sohan sik ino, buek lah buak puntik amaq tegodek-godek deit lolon puntik ne endah goro. Laguk lamun tuntel je wah mulei idup, deit kene gelis bebuak. Ngone-laek, turun amaw tegodek-godek lekan lolon kayuk, gitakne lolon puntik tuntel. Jerine wah iri geti ye sengakne gitak ye ngeno. Percakapan Tegodek-godekwah bebuak puntik ne amaq tuntel Author / Jurnal Ilmiah Global Education 1 2 2020 Melestarikan Bahasa Sasak Melalui Cerita - 196 Tuntel aok amaq tegodek-godek,wah bebuak ye ne, ide ngumbe puntikde wah bebuak? Tegodek-godek aok pede mesi wah kene bebuak endah, amaq tuntel arak wah ruene masaka no sekek beu ke ite ngerasak ye sekek? Tuntel aok ngke, eku endek ku tao belete endah, ide sik biese. Neke ku neti ide le bawak Tegodek-godek aok, enti neke ku juang turun. “Sohan ne sik wah taek mulei ye ngaken puntik amaq tuntel, lamune beketoak amaq tuntel mbe puntik ino jawabanne endek man doing. Jerine sampai ne buek puntik amaq tuntel sik ne ngaken ye mesak-mesak. Amaq tuntel sik bedoe puntik jene endek ne meuk sik ne.” Gambaran dari cerita ini adalah seorang tegodek-godek atau seekor monyet dan seekor tuntel kancil yang hidup di hutan belantara. Pada suatu pagi mereka pergi ke hilir sungai untuk menunggu batang pohon yang terbawa arus sungai. Setelah mereka mendapatkan batang pohon pisang tersebut, maka mereka membagi duanya. Si Tegodek-godek mengambil ujung pisang beserta buahnya dan batangnya diberikan kepada si Tuntel. Setelah itu lalu mereka pulang ke hutan. Si tegodek-godek membawa ujung pisang dan buah pisangnya naik ke atas pohon sedangkan si Tuntel menanam batang pisang tersebut. Setelah beberapa kemudian, maka si tegodek-godek yang kelaparan karena pisangnya sudah habis dimakan, maka dia turun dari atas pohon dan melihat pohon pisang milik tuntel sudah besar dan berbuah. Sedangkan dia pohon pisangnya sudah mengering. Ia pun meminta kepada si Tuntel untuk melihat apakah ada buah pisang yang sudah matang. Si tuntel pun mengizinkan, karena ia memiliki badan yang kecil dan tidak bisa memanjat. Namun, dengan sifat rakusnya ia hanya memakan buah pisang milik Tuntel sampai habis dan tidak memberikan satupun kepadanya. Itulah gambaran dari cerita tersebut. Maka dari fenomena ini dapat dipetik pelajaran yang bernilai moral bagi seorang anak. Dapat dilihat dari percakapan seorang ibu “Cara marak sik ngene anakku endek te kanggo nurutang ye, jerine lamunete bedoe epe-epe jemak terus arak baturte endek te kanggo mele mesak harus te bareng. Yang artinya “wahai anakku cara yang seperti ini mau, cara yang rakus dan mau menang sendiri, mengambil hak orang lain tidak boleh dilakukan. Apabia nanti kamu mempunyai barang atau makanan dan ada temanmu maka kamu harus memberikannya juga kepadanya”. Inilah salah satu nilai moral yang dapat ditanamkan kepada anak. Anak juga dapat menerima bahasa ibu yaitu bahasa daerahnya sendiri. 2. Lingkungan sekolah Pada lingkungan sekolah akan menggunakan cerita seperti di atas. Akan tetapi konteksnya akan berbeda. Para guru akan memberikan pelajaran ini melalui mata pelajaran muatan local pada anak tingkat SD dan untuk anak-anak tingkat PAUD atau TK akan diberikan pada tema budaya. Seorang guru akan menggunakan bahasa daerah. Tujuannya adalah untuk mengenalkan ini adalah salah satu cerita rakyat yang ada di pulau Lombok dan dapat dipelajari oleh peserta didiknya. c. Pemertahanan dalam Perencanaan Bahasa Untuk dapat mempertahankan kelestarian bahasa daerah yang ada di masyarakat suku Sasak. Maka perlu adanya suatu perencanaan agar pemertahanan dalam pelestariannya tetap terjaga adan tidak mengalami kepunahan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk pemertahannanya adalah sebagai berikut 1. Cerita-cerita rakyat yang ada di pulau Lombok dibuat menjadi cerpen yang berisi kumpulan cerita-cerita pada masa lampau atau berbentuk legenda. 2. Pemerintah setempat mengadakan pelatihan yang khusus mengenai penerapan bahasa Sasak untuk guru-guru mata pelajaran muatan local. 3. Para ibu-ibu sebaiknya mengajarkan anak-anaknya untuk tetap menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pertamanya, contohnya ketika mendongengkan ketika akan tidur. 4. Diadakannya perlombaan-perlombaan untuk tingkat anak-anak dalam membaca cerita rakyat dengan menggunakan bahasa daerah. Author / Jurnal Ilmiah Global Education 1 2 2020 Melestarikan Bahasa Sasak Melalui Cerita - 197 5. Diadakannya pertunjukkan seperti drama kolosal yang memuat cerita-cerita rakyat dengan mediasi bahasa daerah beserta semua yang berkaitan dengan daerahnya. 6. Para guru dalam memberikan pelajaran di kelas atau sekolah sebaiknya membuka pelajaran menggunakan bahasa daerah masing-masing. Untuk melihat berhasil atau tidaknya suatu perencanaan bahasa Sasak ini, maka perlu diadakan suatu evaluasi. Evaluasi merupakan suatu cara yang dilaksanakan untuk melihat bagaimana perkembangan dalam perencanaan bahasa yang sudah dilakukan. Dalam evaluasi perencanaan bahasa itu memang sukar dilaksanakan. Umpamanya mengealuasi bidang pembakuan bahasa, sebab pembakuan bahasa itu biasanya tidak disertai dengan pemerian terperinci mengenai sasarannya, dan tidak pula diberi kerangka acuan waktu bilamana hasilnya kira-kira akan tercapai Kridalaksana, 2006 Oleh karena itu dalam hal ini perlu diadakannya kerjasama baik dari pemerintah maupun dari masyarakat pada umumnya. Karena keberhasilan suatu pemertahanan suatu bahasa tidak akan berjalan apabila hanya dianggarkan oleh pemerintah saja akan tetapi peran serta masyarakatlah yang akan menjadi tonggak dalam keberhasilannya. Masyarakat adalah mitra tutur yang akan mengembangkannya kepada para anak-anak mereka untuk tetap mempertahankan penggunaan bahasa Sasak. KESIMPULAN Berdasarkan dari penelitiandi atas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan, untuk meningkatkan pemertahanan bahasa Sasak maka perlu diadakannya beberapa perencanaan bahasa yang dilaksanakan oleh pemerintah beserta masyarakat pada umumnya. Bahasa Sasak akan tetap berkembang dan tidak akan punah apabila pemertahanannya dimulai dari lingkungan keluarga dan sekolah yaitu bagi anak-anak usia dini. Anak-anak inilah yang akan mengembangkan bahasa Sasak untuk kedepannya, sehingga rasa cinta mengenai bahasa tersebut harus ditanamkan sejak dini. Sesuai dengan fokus dari penulisan makalah ini adalah berkaitan dengan status yang ada di masyarakat suku Sasak pada umumnya. Maka potensi yang dapat mempertahankan pemertahanan bahasa Sasak adalah keluarga dan sekolah sebagai mitra tuturnya. Pada lingkungan keluarga biasanya seorang ibu akan menceritakan cerita-cerita rakyat menggunakan bahasa daerahnya sendiri. Sedangkan dalam lingkungan sekolah akan diberikan pada tema budaya, yaitu menceritakan cerita rakyat kepada anak didik mereka tentunya dengan mediasi bahasa daerah. DAFTAR PUSTAKA Anonby, Stan J. 1999. “ Reversing Language Shift Can Kwak’wala Be Revived” dalam Reyhner, Jon dkk. Ed.. Revitalizing Indigenous Languages. Flagstaff, AZ Northern Arizona University. Chaer, dkk. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta PT Asdi Mahasatya. Holmes, An Introduction to Sociolinguistics 2nd edition. Longman. Hymes. Dell. 1889. Foundation In Sosiolinguistic An Ethnographic Approach. Philandelpia University of Pennsylvania Press. Fishman, Joshua. 1996. “What Do You Lose When You Lose Your Language?” dalam Cantoni, G. Stabilizing Indigenous Languages. Flagstaff Center for Exellence in Education, Northern Arizona University. Kridalaksana, Kosakata dari Bahasa Daerah dan Masalahnya”. Disajikan dalam Seminar Internasional Leksikografi. Jakarta. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.

TokohKanan pada Wayang Sasak. Dari kiri ke-kanan (Wong Menak, Muni Garim, Umar Maye, Maktal) Umar Maya sosok gemuk, pendek, perut buncit, hidung besar dan bulat. Ia intelektual, bijaksana dan cerdas. Selain itu, ia juga sangat setia. Umar Madi tokoh sangat emosional dan kuat makan. Tak heran, tubuhnya juga gemuk.

ArticlePDF Available AbstractIn this paper, there are two problems to be answered, namely are 1 the comparison between Sasak and Samawa folktales and 2 the description of Sasak and Samawa people based on the folktales. The folktales used as data are 1 Batu Goloq Sasak and Batu Plantolan Samawa; Mandalika Sasak and Lala Buntar Samawa; and 3 Tegodek dait Tetuntel Sasak and Ne Bote Ne Kakura Samawa. Data are gathered through library research. Problems are answered using Levi-Strauss structural theory saying that tale is the gate of understanding the people. It is found that the relation of each group of tales shows a consistency in similarities and differences. Batu Goloq and Batu Plantolan give a description that Sasak people tend to solve problems by themselves as a consequence of being closed people, while Samawa people tend to invite others in solving their problems as a consequence of being opened people. The similar characters found in Mandalika and Lala Buntar specifically in miteme processing, in taking decision, and solving problems. Mandalika is characterized as a closed figure, while Lala Buntar is an opened one in deciding and solving the problems. The comparison between Tegodek dait Tetuntel and Ne Bote Ne Kakura shows that Sasak and Samawa people tend to protest any mistreatment from high class community toward a lower class community. It is the manifestation of the same view toward refusal and disagreement to the oppression done by high status people. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. A preview of the PDF is not available ... Sesuai dengan UU Sisdiknas No 20 tahun 2003, kompetensi muatan lokal dapat berupa bahasa daerah, adat istiadat, kesenian daerah, dan hal lain yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah masing-masing terutama ciri khas dari sumbawa itu sendiri. Untuk provinsi NTB, pembelajaran muatan lokal yang diajarkan di Sekolah Dasar berisi mata pelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Sumbawa Bahri, 2018. Pembelajaran aksara lokal satera jontal sumbawa bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siawa terhadap aksara jontal sumbawa tersebut yang meliputi empat aspek keterampilan dan bahasa pada siswa yaitu keterampilan dalam mendengarkan guru menjelaskan, berbicara dengan mennggunakan aksara, membaca huruf aksara, dan menulis Aksara Marliana & Jazadi, 2020. ...Gina AnggrainiAsrin AsrinThe local script is one of the nation's cultural treasures. One of the local characters owned by the Indonesian people is the Satera Jontal script. Satera Jontal is a local script from Sumbawa, West Nusa Tenggara. This script is used to write and read the Sumbawa language which was spoken on the western part of the island of Sumbawa in the past. The purpose of this research is to increase student interest in learning Sumbawa script through interactive learning media. Research Methods This research uses a quantitative descriptive approach. Retrieval of data in this study was collected through a survey method by distributing questionnaires to elementary school SD children in grade VI six. The survey was conducted to determine the interest in learning Sumbawa Sumatran Jontal characters through the use of interactive learning media. The results showed that students' interest in Sumbawa script was still very low. Therefore, efforts are made to increase student interest in learning Sumbawa script. These efforts must pay attention to the following the interactive learning media used must be appropriate so that it makes it easier for students to learn Sumbawa script.... Selain itu dalam lingkungan keluarga orang tua cenderung menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi sehari-hari baik itu dengan keluarga maupun anak-anak. Orang tua jarang mengajarkan bahasa daerah atau sekedar mengenalkan aksara Sasak pada anak-anaknya Bahri, 2018. ...Aksara sasak merupakan warisan kebudayaan suku sasak yang memiliki identitas, keunikan tersendiri dan patut dilestarikan. Keberadaan aksara sasak saat ini semakin terkikis seiring perkembangan globalisasi dan modernisasi di tengah masyarakat. Bahkan banyak generasi muda tidak mengetahui aksara sasak baik itu bentuk tulisan maupun pelafalannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana aksara sasak ini masih bertahan dalam lingkup masyarakat di era globalisasi dan modernisasi sekarang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data menggunakan survey dan wawancara. Responden penelitian ini adalah orang tua dan remaja. Masalah yang dikaji adalah bagaimana minat generasi muda dalam mengetahui aksara sasak? Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minat generasi muda dalam mengetahui aksara sasak ternyata sangat rendah. Indikator yang menunjukkan rendahnya minat generasi muda dalam mengetahui aksara sasak antara lain generasi muda menganggap aksara sasak kuno dan kampungan, terjadinnya globalisasi dan modernisasi, kurangnya penyalur cerita dari orang tua zaman dahulu. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan perlu beberapa upaya untuk membangkitkan minat generasi muda dalam mengetahui aksara sasak agar tidak terkikis salah satunya dengan pemanfaatan teknologi informasi seperti, membuat konten kreatif mengenai aksara sasak kemudian menguploadnya di akun youtube atau instagram untuk menarik minat para pemuda, membuat buku khusus tentang aksara sasak... Tulisan ini membandingkan dua cerita dari suku yang berbeda. Bahri pada tahun 2018 melakukan kajian berjudul "Perbandingan Cerita Rakyat Sasak dan Samawa Upaya Memahami Masyarakat Sasak dan Samawa Bahri, 2018. ...NFN KambangThis paper aims to compare two folklores, Terjadinya Bukit Tangkiling and Tangkuban Perahu, based on structuralism. These folktale come from two different area. The story of Bukit Tangkiling from the area of Central Kalimantan and Tangkuban Perahu from West Java. These folklores tell the story of a central character who runs away from home as a result of being hit by his mother. That character then grows up and eventually falls in love with his own biological mother. The aim of this writing is to compare Bukit Tangkiling and Tangkupan Perahu in order to reveal who is the first to quote or transform from these two stories. The method used is a qualitative method. The analysis is to reveal the differences and similarities of the central figures in those folklores. The writer found that those stories contain several similarities and events names of characters, settings, plot and ini bertujuan membandingkan cerita rakyat “Terjadinya Bukit Tangkiling” dan “Tangkuban Perahu” dengan pendekatan strukturalisme. Dua cerita rakyat tersebut berasal dari daerah yang berbeda. “Bukit Tangkiling” dari Kalimantan Tengah dan “Tangkuban Perahu” dari Jawa Barat. Dua cerita rakyat itu sama-sama mengisahkan tokoh sentral yang lari dari rumah akibat kepalanya dipukul oleh ibunya. Setelah tumbuh dewasa, tokoh sentral itu jatuh cinta kepada ibu kandungnya sendiri. Dari penulisan ini diharapkan diketahui cerita apa yang mengungkapkan kutipan terlebih dahulu atau mentransformasikan jalan cerita. Metode penulisan ini adalah metode kualitatif. Analisis dilakukan untuk mengungkap perbedaan dan persamaan melalui tokoh sentral yang ada di dalam cerita rakyat tersebut. Penulis menyimpulkan bahwa terdapat beberapa persamaan peristiwa, seperti nama tokoh, latar, alur, dan subtema.... Persinggungan antara dua kelomok etnis tersebut telah terjadi sejak ratusan tahun yang lalu. Mengingat daerah Lombok dan sekitarnya adalah wilayah kekuasaan kerajaan Karangasem Bali Bahri, 2018. Maka dari itu suku Sasak dalam perkembangan sejarahnya banyak mendapat pengaruh dari kebudayaan Bali. ... Arif Widodop class="JOURNALABSTRACT-TITLE">Lombok Barat memiliki keragaman budaya yang sangat tinggi. Berbagai macam suku, agama dan budaya hidup berdampingan di Lombok Barat. Salah satu bentuk budaya yang terus dilestarikan oleh masyarakat Lombok Barat adalah ritual Perang Topat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai-nilai budaya ritual Perang Topat sebagai sumber pembelajaran IPS di sekolah dasar. Penelitian ini didesain dalam bentuk penelitian kualitatif dengan pendekatan etnometodologi. Pendekatan etnometodologi digunakan untuk menggali, menjelaskan memahami, dan menguraikan nilai-nilai budaya yang terdapat pada ritual Perang Topat. Tahapan dalam penelitian ini antara lain pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pengumpulan data melalui observasi dan studi kepustakaan. Analisis data menggunakan model analisis tema Spradley. Analisis dilakukan bersama-sama dengan pengumpulan data. Tahapan analisisnya adalah analisis domein, analisis taksonomi, analisis komponensial, dan analisis tema kultural. Permasalahan utama yang dikaji dalam penelitian ini antara lain nilai-nilai apa saja yang terdapat pada ritual Perang Topat? Apakah nilai budaya ritual Perang Topat relevan dengan KI/KD atau tema pembelajaran IPS di sekolah dasar? apa saja topik pembelajaran yang relevan dengan nilai budaya ritual Perang Topat? Hasil penelitian menunjukkan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam ritual Perang Topat antara lain nilai kompromi, nilai religius, nilai historis, nilai kebersamaan dan persamaan derajat, nilai gotong royong, nilai musyawarah dan kekeluargaan, serta nilai toleransi. Nilai-nilai budaya dalam ritual tersebut relevan dengan topik pembelajaran IPS di kelas IV dan VI. Topik pembelajaran yang relevan dengan nilai budaya ritual Perang Topat antara lain tema 1 “indahnya kebersamaan”, tema 7 “indahnya keragaman di Negeriku” dan tema 8 “daerah tempat tinggalku” yang terdapat di kelas IV serta tema 2 “persatuan dalam perbedaan” di kelas VI. Thisstudy aims to describe the representation of Sasak aristocrats in Sasak-Lombok community's text Angin Alus. The discussion of the text used Peirce's semiotic perspective and Recouer's analysis method. It consisted of the analysis of the text
Kisah Legenda Pengorbanan Suku Sasak di Lombok Timur Dari suku sasak meninggalkan kisah putri dan pangeran yang perlu Anda ketahui layaknya seorang pahlawan. 19 Mar 2015 Suku Sasak di Lombok Timur punya sebuah legenda pengorbanan layaknya seorang pahlawan. Alkisah seorang Putri nan cantik jelita bernama Putri Mandalika. Putri tak hanya cantik namun dikisahkan baik pula budi pekertinya. Karena kecantikan dan kebaikannya ini, banyak raja dan pangeran yang jatuh cinta kepadanya dan ingin meminangnya. Putri Mandalika menjadi bingung dan tidak bisa menentukan pilihan. Ia tak mau memilih salah satu karena takut peperangan akan terjadi. Karena itulah akhirnya Putri Mandalika memutuskan untuk mengorbankan dirinya dengan menceburkan diri ke laut dan berubah menjadi nyale yang berwarna warni. Suku Sasak percaya bahwa cacing laut jelmaan Putri mandalika ini akan membawa kesejahteraan bagi yang menangkapnya dan orang yang mengabaikannya akan mendapat kemalangan. Tradisi Bau Nyale ini dilakukan oleh Suku sasak untuk menghormati pengorbana Putri Mandalika di laut demi kesejahteraan masyarakatnya. Pesta Bau Nyale pun diwarnai api unggun sambil disertai balas membalas pantun curahan hati. Bau Nyale juga menjadi momen nostalgia pasangan suami istri untuk mengenang kembali kisah cinta mereka. Nyale laut ini menjadikan ikatan cinta semakin kuat ibaratkan hari kasih sayang yang biasa dirayakan banyak pasangan. IL Foto Dok. Corbis AuthorDEWI INDONESIA ARTIKEL LAINNYA Keseluruhan brand tersebut terpilih berdasarkan hasil voting dari masyarakat yang diadakan Tokopedia sejak 25 Oktober-10 Desember 2021.... Sejatinya Usmar Ismail adalah pahlawan untuk perfilman Indonesia yang layak untuk mendapatkan sebuah penghargaan.... TRENDING RIGHT THIS VERY SECOND JOIN OUR COMMUNITY STYLE SCOUT
Keluargamentua pula tidak menggunakan bahasa Indonesia sepenuhnya, jadi mahu tidak mahu, saya terpaksa belajar bahasa tempatan," katanya yang mengambil masa lebih setahun sebelum fasih menggunakan bahasa Lombok. Katanya, dalam tempoh enam tahun tinggal di negara orang, antara perkara paling mengejutkannya ialah kunjungan seorang teman
Cerita Rakyat Sasak "Putri Mandalika" Beserta Translate Bahasa Sasak CERITA RAKYAT P U T R I M A N D A L I K A Menurut dongeng bahwa pada zaman dahulu di pantai selatan Pulau Lombok terdapat sebuah kerajaan yang bernama Tonjang Beru. Sekeliling di kerajaan ini dibuat ruangan - ruangan yang besar. Ruangan ini digunakan untuk pertemuan raja - raja. Negeri Tonjang Beru ini diperintah oleh raja yang terkenal akan kearifan dan kebijaksanaannya Raja itu bernama raja Tonjang Beru dengan permaisurinya Dewi Seranting. Baginda mempunyai seorang putri, namanya Putri Mandalika. Ketika sang putri menginjak usia dewasa, amat elok parasnya. Ia sangat anggun dan cantik jelita. Matanya laksana bagaikan bintang di timur. Pipinya laksana pauh dilayang. Rambutnya bagaikan mayang terurai. Di samping anggun dan cantik ia terkenal ramah dan sopan. Tutur bahasanya lembut. Itulah yang membuat sang putri menjadi kebanggaan para rakyatnya. Semua rakyat sangat bangga mempunyai raja yang arif dan bijaksana yang ingin membantu rakyatnya yang kesusahan. Berkat segala bantuan dari raja rakyat negeri Tonjang Beru menjadi hidup makmur, aman dan sentosa. Kecantikan dan keanggunan Putri Mandalika sangat tersohor dari ujung timur sampai ujung barat pulau Lombok. Kecantikan dan keanggunan sang putri terdengar oleh para pangeran - pangeran yang membagi habis bumi Sasak Lombok. Masing - masing dari kerajaan Johor, Lipur, Pane, Kuripan, Daha, dan kerajaan Beru. Para pangerannya pada jatuh cintar. Mereka mabuk kepayang melihat kecantikan dan keanggunan sang putri. Mereka saling mengadu peruntungan, siapa bisa mempersunting Putri Mandalika. Apa daya dengan sepenuh perasaan halusnya, Putri Mandalika menampik. Para pangeran jadi gigit jari. Dua pangeran amat murka menerima kenyataan itu. Mereka adalah Pangeran Datu Teruna dan Pangeran Maliawang. Masing - masing dari kerajaan Johor dan kerajaan Lipur. Datu Teruna mengutus Arya Bawal dan Arya Tebuik untuk melamar, dengan ancaman hancurnya kerajaan Tonjang Beru bila lamaran itu ditolaknya. Pangeran Maliawang mengirim Arya Bumbang dan Arya Tuna dengan hajat dan ancaman yang serupa. Putri Mandalika tidak bergeming. Serta merta Datu Teruna melepaskan senggeger Utusaning Allah, sedang Maliawang meniup Senggeger Jaring Sutra. Keampuhan kedua senggeger ini tak kepalang tanggung dimata Putri Mandalika, wajah kedua pangeran itu muncul berbarengan. Tak bisa makan, tak bisa tidur, sang putri akhirnya kurus kering. Seisi negeri Tonjang Beru disaput duka. Kenapa sang putri menolak lamaran ? Karena, selain rasa cintanya mesti bicara, ia juga merasa memikul tanggung jawab yang tidak kecil. Akan timbul bencana manakala sang putri menjatuhkan pilihannya pada salah seorang pangeran. Dalam semadi, sang putri mendapat wangsit agar mengundang semua pangeran dalam pertemuan pada tanggal 20 bulan 10 bulan Sasak menjelang pagi - pagi buta sebelum adzan subuh berkumandang. Mereka harus disertai oleh seluruh rakyat masing - masing. Semua para undangan diminta datang dan berkumpul di pantai Kuta. Tanpa diduga - duga enam orang para pangeran datang, dan rakyat banyak yang datang, ribuan jumlahnya. Pantai yang didatangi ini bagaikan dikerumuni semut. Ada yang datang dua hari sebelum hari yang ditentukan oleh sang putri. Anak - anak sampai kakek - kakek pun datang memenuhi undangan sang putri ditempat itu. Rupanya mereka ingin menyaksikan bagaimana sang putri akan menentukan pilihannya. Pengunjung berduyun - duyun datang dari seluruh penjuru pulau Lombok. Merekapun berkumpul dengan hati sabar menanti kehadiran sang putri. Betul seperti janjinya. Sang putri muncul sebelum adzan berkumandang. Persis ketika langit memerah di ufuk timur, sang putri yang cantik dan anggun ini hadir dengan diusung menggunakan usungan yang berlapiskan emas. Prajurit kerajaan berjalan di kiri, di kanan, dan di belakang sang putri. Sungguh pengawalan yang ketat. Semua undangan yang menunggu berhari - hari hanya bisa melongo kecantikan dan keanggunan sang putri. Sang putri datang dengan gaun yang sangat indah. Bahannya dari kain sutera yang sangat halus. Tidak lama kemudian, sang putri melangkah, lalu berhenti di onggokan batu, membelakangi laut lepas. Disitu Putri Mandalika berdiri kemudian ia menoleh kepada seluruh undangannya. Sang putri berbicara singkat, tetapi isinya padat, mengumumkan keputusannya dengan suara lantang dengan berseru ’Wahai ayahanda dan ibunda serta semua pangeran dan rakyat negeri Tonjang Beru yang aku cintai. Hari ini aku telah menetapkan bahwa diriku untuk kamu semua. Aku tidak dapat memilih satu diantara pangeran. Karena ini takdir yang menghendaki agar aku menjadi Nyale yang dapat kalian nikmati bersama pada bulan dan tanggal saat munculnya Nyale di permukaan laut’’. Bersamaan dan berakhirnya kata - kata tersebut para pangeran pada bingung rakyat pun ikut bingung dan bertanya - tanya memikirkan kata - kata itu. Tanpa diduga - duga sang putri mencampakkan sesuatu di atas batu dan menceburkan diri ke dalam laut yang langsung di telan gelombang disertai dengan angin kencang, kilat dan petir yang menggelegar. Tidak ada tanda - tanda sang putri ada di tempat itu. Pada saat mereka pada kebingungan muncullah binatang kecil yang jumlahnya sangat banyak yang kini disebut sebagai Nyale. Binatang itu berbentuk cacing laut. Dugaan mereka binatang itulah jelmaan dari sang putri. Lalu beramai - ramai mereka berlomba mengambil binatang itu sebanyak - banyaknya untuk dinikmati sebagai rasa cinta kasih dan pula sebagai santapan atau keperluan lainnya. CERITE RAKYAT “PUTRI NYALE” Lek jaman laek to Pante Kute Pulau Lombok arak sopok kerajaan sak aren Tonjang Beru. Sekiter kerajaan ni tepinak kamar-kamar beleq. Kamar ni tekadu jari taoq bdait raje-raje . Negeri Tonjang Beru ni teperintah isiq Raja sak terkenal isiq kepacuanne raja nu aren Raja Tonjang Beru bekeq seninen Dewi Seranting. Iye bdoe sekeq anak nine, aren Putri Mandalika. Demen putri wah beleq, sik inges jarin. Iye sanget sikne solah. Maten maraq ruen bintang lek timuq. Sangkepne maraq pauh di laying. Selain inges putri terkenal ramah bekeq sopan. Unin ngeraos lembut. Iye wah beng putri jari idaman rakyat. Selapuq dengan bengaq bdoe raje sak arif sak mele tulung rakyat sak susah. Berkat tetulung sik raje rakyat negeri Tonjang Beru irup makmur, aman bekeq sentosa. Keingesan putri mandalika sanget terkenal langan ujung timuq sampe ujung bat Lombok. Keingesan putri terengah siq pangeran-pangeran sak lek Lombok. Maraq lek kerajaan Johor, Lipur, Pane, Kuripan, Daha bekeq kerajaan Beru. Selapuq pangeran berangen. Selapukne teller gitaq ingesne putri. Selapuqne saling besaing, sai tao mrariq kance putri Mandalika. Dengan ate sak lemah lembut, putri Mandalika tolak ye. Para pangeran kakoq ime. Due pangeran gedeq rengah nu. Iye adalah pangeran Datu Terune bekeq pangeran Maliawang. Masing-masing lek kerajaan Johor bekeq Lipur. Datu Terune kirim Arya Bawal bekeq Arya Tebuik lalo ngelamar, dengan ancaman hancur kerajaan Beru anden lamaranne tetolaq. Pangeran maliawang mengirim Arya Bumbang dait Arya Tuna kadu ancaman sak pade. Putri Mandalika ndek peduli, bekeq Datu terune lepasan senggeger utusaning Allah, sedang Maliawang tiup senggeger jaring sutra. Kekuatan kedue senggeger ni ndek ne mempan lek putri, muen kdue pangeran penggitan barengan. Ndek tao mangan, ndek tao tindoq. Jarin putrid kurus gero. Selapuq dengan Tonjang beru aseq. Kembeqn putrid tolaqn? Laguk, selain rasa cinta yak muni, iye kendah ngerase menanggung tanggung jawab sak belek. Yakn timbul bencane seanden putri pileq salaq sekeq pangeran nu. Dalam semadi, sang putri mauk wangsit yak undang slapuq pangeran dalam pertemuan tanggal 20 bulan 10 sak gae subuh nu. Bebarengan kance rakyat masing-masing. Selapuq sak teundang tesuruk dateng kumpul lek pante Kute. Sak ndek teduge-duge para pangeran dateng, bekeq rakyat pnoq dating. Pantai ni mak ruen tekerumpun sik teres. Arak sak dateng due jelo sendek man tesuruk. Kanaq- kanaq sampe papuq-papuq dateng sengaq teundang sik putri. Iye mele nyaksian brembe saang putri yakn pileq. Temue bedelokan dateng lek slapuk wilayah Lombok. Selapuk ngumpul dengan sabar ngantih kdatengan putri. Marak unin janji, sang putri dateng se ndek man ngebang. Pas demen langit beak lek timuq, sang putri sak inges dateng kadu onsongan emas. Prajurit kerajaaan lampak lek kiri, bekeq kanan bekeq murin tuan putri. Pengawalan sak ketat, slpauq undangan ngantih bejelo-jelo ngangaq gitaq keingesan putri. Tuan putri dateng kadu gaun sak solah. Kadu bahan kain sutra sak halus. Ndrak maraq ke ngonekn, tuan putri lampaq, trus mentelah lek bawon batu, temuriq segare. Lek to tuan putri nganjeng trus gitaq selapuq tmue undangan. Tuan putrid ngeraos singket, laguk berisi, umuman keputusan ye dengan suare sak nyuraq “ wahai amaq inaq bekeq selapuq pangeran dait rakyat Tonjang Beru sak sik ku tunah. Jelo ni aku putusan bahwa aku ni umak kamu slapu’an. Aku ndek ke tao pileq salaq sekeq pangeran. Sengaq ni takdir sak tekehendaki adek sak aku jari Nyale saak bau tekaken bareng-bareng lek bulan bekeq tanggal sak sugul nyale lek segare. Bebarengan dait berahirne unin sak nu slapuq pangeran pade bingung rakyat kendah pade bingung bekeq beketuan trus mikiran unin sak baruk nu. Ndek te duga-duga putrid teteh dikn langan atas batu nu trus timpoh dikn jok segare sak langsung te gulung sik ombak segare tebarengan sik angin deres, kilat bekeq petir menggelegar. Ndarak tande-tande tuan putri araq lek to. Demen sak pade kebingungan sugul lah binatang kode-kode sak penok sak nane te sebut aren nyale. Binatang nu mak ruen longe. Pikiran slpauq dengan ye wah jelmaan tuan putri. Trus rame-rame slapuk berlomba-lomba bait binatang nu penok-penok yakn kaken jari rasa cnta kasih dait jari kakenan bekeq keperluan lain.

Melihatdari Dekat Suku Sasak di Dusun Ende. Kuliner NTB 05.03 0 Comments. Rumah yang dibangun dengan bahan tanah liat dicampur kotoran kerbau menjadi pemandangan di sebuah dusun di Desa Rambitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Dusun Ende namanya, sebuah dusun yang merupakan.

ouPwanH.
  • 7eayny5spr.pages.dev/273
  • 7eayny5spr.pages.dev/174
  • 7eayny5spr.pages.dev/214
  • 7eayny5spr.pages.dev/205
  • 7eayny5spr.pages.dev/373
  • 7eayny5spr.pages.dev/339
  • 7eayny5spr.pages.dev/383
  • 7eayny5spr.pages.dev/328
  • 7eayny5spr.pages.dev/323
  • cerita rakyat sasak dalam bahasa sasak